Jumat, 29 Maret 2013

Hidayah, Milik Siapakah?

”RABBANAA LAA TUZI’ QULUU BANAA BA’DA IDZHADAITANA WA HABBLANA MINLADUNKA RAHMAH, INNAKA ANTAL WAHHAB.”
(wahai Tuhan kami, janganlah engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah rahmat kepada kami dari sisiMu,sesungguhnya Engkau Maha pemberi. Q.S Al Imran:8)


Pernah suatu ketika saat aku duduk – duduk di depan ruang kelas, ada seorang teman yang tiba – tiba bertanya. "benarkah kita memilih agama kita saat ini secara sadar? Maksudnya bukan hanya sekedar warisan? Ga yakin dehh, menurutku kita islam karena orang tua kita islam, andai saja orang t

ua kita kristen tentu saja sudah pasti kita juga." Saat itu aku tercengak dengan perkataanya, bagaimana mungkin seorang muslim berkata seperti itu? Akhirnya ku jelaskan sebisa mungkin dengan pendapat yang bisa dimengerti. Yah  memang sudah banyak fenomena – fenomane seperti ini saya temui dikampus. Dari yang mulai ragu - ragu akan Kebenaran islam,ada yang percya tapi tidak menjalankan,atau yang percaya Tuhan tapi liberal,dan bahkan yang tak percaya sama sekali (atheis).

saat itu dia terdiam dengan penjelasanku,Lalu bertanyaan lagi, kalau begitu is hidayah itu tergantung apa? Bagaimana cara bekerjanya hidayah Allah itu???
Saat itu aku hanya menjawab, bahwasanya di dalam Al-Qur'an telah  dituturkan Allah memberikan hidayah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. ini di terangkan di dalam Q.S.2:256, Q.S 6:146, Q.S 10:99,  Q.S 13: 31, Q.S 32: 13. Namun jangan salah makna, jangan diartikan  bahwa Allah secara random memilih manusia sekehendak-Nya. Tentu kita tahu pasti jawabannya : Bukan demikian. Karena Allah Maha Adil, Maha bijaksana jadi nggak mungkin Allah memberikan Hidayah secara random to? pasti semua telah diatur sedemikian rupa. Akhirnya ada pertanyaan lagi,Lalu siapa sosok yang dikehendakiNya itu? Jawabannya ada pada kisah nabi Ibrahim AS, yang selama beberapa waktu "memburu" Tuhan. Mulai dari bulan, matahari yang ia anggap Tuhan, namun dengan keteguhannya ia terus mencari kebenarannya samapi akhirnya ia temui kebenarannya, Allahlah Tuhan semesta alam, bukan matahari ataupun rembulan. Kesimpulannya, hidayah diberikan kepada siapa saja yang menggunakan akal pikirannya . Akal pikiran inilah yang menjadikan kita berbeda dengan makhluk lainnya, dengan akal inilah pula Allah menghendaki kita memahami tanda - tanda kebesarannya. Bahkan  karena manusia diberi akal maka manusia bisa lebih mulia dari malaikat sekalipun. karena hal ini juga tentunya kenapa khalifah di muka bumi bukan dari kalangan malaikat tapi justru manusia. karena manusia punya akal dan kecerdasan. yah walau karena akal dan kecerdasan juga tak sedikit manusia yang kemudian menjadi sombong dan kemudia meninggalkan Tuhannya. ini karena mereka tak mau memahami tanda tanda kebesaran dari Allah SWT. Jadi, bisa disimpulkan  akal adalah instrumen pertama untuk menjumpai Allah. Afalaa ta'qiluun! 

Nah muncul permasalahan lagi, benarkah hidayah itu diberikan kepada semua manusia yang berakal? Ternyata tidak, ternyata masih ada persyaratan selanjutnya. Persyaratan yang kedua yaitu keterbukaan. Kita bisa melihat banyak kisah – kisah terdahulu ketika kepada manusia dikabarkan bukti-bukti kebenaran Allah yang tak terbantahkan, selalu ada dua sikap manusia. Yang pertama menerima bukti itu  dengan sikap terbuka, dan yang kedua mengingkari bukti itu dengan sikap tertutup.
Seperti doa Rasulullah yang berdoa ” Ya Allah, perkuatlah Islam dengan salah satu dari dua amr yang lebih Kau cintai. Umar ibn Khatab atau Amr ibn Hisyam (Abu Jahal)”. Pada akhirnya Allah menghendaki Umar Bin Khatablah oarang yang kemudian bersama Rasulullah membela islam. Artinya dalam hal ini Umarlah yang terpilih untuk diberi hidayah oleh Allah SWT. Kenapa demikian? Kenapa bukan Abu jahal? Toh dia juga munisia yang berkal, cerdas dan bermoral pula. Tentu karena umar mau terbuka jawabnya. Walau awalnya ia sama dengan kaum kafir yang lainya, menolaknislam dan memusuhi islam, Pada akhirnya umar membuka hatinya dan mau mengakui kebenaran islam setelah mendengarkan ayat suci Al Qur’an yang dibacakan adik perempuannya. Tidak seperti Abu Jahal yang secara akal dia paham akan kebenaran yang disampaikan nabi Muhammad,namun karena Egonya ia menolak kebenaran itu.

Jadi, orang-orang yang dikehendaki Allah untuk memperoleh petunjuknya adalah orang-orang yang menggunakan akal dan terbuka hatinya. Bukan orang yang kepala batu. Semoga kita adalah orang – orang yang Berislam dan menerima Al-Qur'an bukan dikarenakan kita terlahir dari orang tua yang beragama Islam. Tapi karena  kita sudah menggunakan akal kita untuk mencari kebenaran itu, dan senantiasa menjadi manusia yang berilmu lalu  dengan tangan terbuka da hati yang ikhlas  kita menerima semua Kebenaran itu.


* Tersemai doa Untuk saudaraku semuanya semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk dan hidayahnya kepada kita semua. Serta senantiasa istiqomah di jalannya.
* juga untuk saudara dan sahabat yang mulai atau sedang bimbang, semoga hidayahNya juga menyertai kalian smua.
 >Iis Suciyati (Ketua Umum KATHOZA 13/14)<

Tidak ada komentar:

Posting Komentar