Jika terdapat seorang muslim yang hanya menjalankan ketentuan ajaran Islam secara parsial, maka pada titik yang sama, sebenarnya ia telah keluar dari Islam. (Yusuf Qardhawi)
Siang itu, (Selasa, 19 Juni 2012) saya menghadiri salah satu undangan dari Badan Eksekutif Mahasiswa di salah satu Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) di Purwokerto. Saya tertarik dengan undangan tersebut karena dihadiri oleh semua Aktivis BEM se-Jawa Tengah dan kabar terakhir dari panitia ada 30-an peserta yang hadir dalam kesempatan tersebut. Tapi ada satu hal lagi yang menarik perhatian mahasiswa STAIN lainnya. Yaitu adanya grup band ibu kota yang datang ke Sekolah Tinggi tersebut. SLANK, Siapa yang tak kenal dengan grup band satu ini. Grup band yang sudah ada dari tahun 1990-an ini datang lengkap dengan personilnya Kaka, Bimbim, Abdee, Ridho dan satu lagi saya lupa namanya, karena saya sekarang sudah jarang mendengarkan lagu-lagu mereka.
Diskusi pun di mulai sekitar pukul 13.30 dengan moderator Ki ageng ... (yang lagi-lagi saya lupa namanya, karena moderatornya ini bukan orang terkenal). Diskusi pun berjalan dan dalam salah satu sesi pertanyaan terdapat salah satu penonton yang menanyakan "Sebenarnya nilai-nilai apa sih yang dibawa oleh Slank?" dengan entengnya salah satu personilnya menjawab "Slank itu membawa nilai PLUR yang singkatan dari Peace Love Unity Respect dan intinya kita ingin membawa nilai-nilai Pluralisme dalam Indonesia ini." Pluralisme sendiri dapat diartikan dengan kemajemukan. Akan tetapi, kalau boleh saya mengartikan Pluralisme di sini sama dengan Relativisme. Relativisme sendiri merupakan salah satu cara untuk mereduksi kebenaran dan mencampur adukkan dengan kesalahan yang seakan-akan dianggap benar. Dilihat dari cara pembawaan dalam diskusi tersebut, seakan-akan nilai-nilai Islam menjadi direduksi, ditambah dengan moderator yang provokatif dan sok ngalim tiba-tiba diskusi yang bertemakan budaya ini menjadi seperti dagelan dan desakralisasi Islam mengingat tempat penyelenggaraannya di dalam bangunan Masjid. Naudzubillah...
Sebenarnya fenomena ini sudah sering kita lihat. Masih ingatkah kita dengan kasus penolakan terhadap Irshad Manji dan Lady Gaga? Ya, bangsa ini telah tereduksi nilai-nilai ke-Islam-annya. Di samping banyaknya virus-virus modernitas dan liberalisme yang semakin deras menghujani masyarakat Indonesia yang mayoritas masih minim pengetahuan agama Islam. Bangsa ini akan bobrok dan hancur dengan sendirinya seiring dengan memudarnya nilai-nilai ke-Islam-an tersebut.
Akhir kata, saya disini hanya beropini ditengah kegalauan yang melanda saya melihat carut marutnya permasalahan bangsa Indonesia yang semakin kompleks. Saya peduli dan oleh karena itu saya menulis catatan ini.
Allahu a'lam bishowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar